• There is no space more sacred or powerful than another [Tiada suatu ruang lebih suci atau agung dari ruang yang lainnya]
• There is no being more spiritual than another [Tak ada satu makhluk yang lebih spiritual dari yang lainnya]
• There is no thing more divine than another [Tak ada benda yang lebih suci/ilahiah dari yang lainnya]
• There is no tool or technique that accelerates the unfoldment of consciousness [Tak ada alat atau teknik untuk memicu/mempercepat tersingkapnya kesadaran kemanunggalan]
• There is no truth that can be written, spoken, or thought unless it is conceived and expressed
through the Language of Unity [Tak ada Kebenaran/Dharma/Truth/Kesunyataan yang dapat ditulis, dibicarakan atau dipikirkan kecuali itu dihampiri dan diekspresikan lewat Bahasa Kemanunggalan]
• First Source transcends Wholeness [Sumber Awal mengatasi Keterpaduan dari segala yang ada]
• All the fragments of philosophy, science, and religion, even when unified, represent but a fractional picture of reality [Semua filsafat, semua ilmu pengetahuan, semua religi bilapun digabung menjadi satu-kesatuan tetaplah menampilkan suatu pecahan/fraksi dari realitas kemanunggalan]
• The mysteries of your world will never be understood through inquiries that are based in the language of the mind [Misteri dari duniamu takkan pernah mampu dimengerti melalui pertanyaan/penyelidikan menggunakan/berbasiskan kekuatan pikiran]
• Perfection is a concept of wholeness misunderstood [Kesempurnaan adalah konsep dari keutuhan kemanunggalan hidup yang disalah-mengertikan]
• The conditions of peace, beauty, love, and security are merely signposts to wholeness, as are their counterparts [Kondisi damai, sejahtera, hidup dalam kasih, dan perasaan nyaman adalah petunjuk kearah hidup dalam kemanunggalan sebagai bagian/counterparts/sinyal dari ketunggalanSang maha hidup itu sendiri]
• To live in the Wholeness Perspective is to value all things as they are and to bear witness to the unity of their expression [Menjalani hidup dalam perspektif kemanunggalan yang utuh adalah menghargai semua yang ada sebagaimana adanya ia dan menjadi saksi dari perwujutan kemanunggalan mereka]
• No being requires knowledge other than their unique Wholeness Perspective [Setiap individu adalah unik dalam pengetahuannya/pemahamannya tentang pandangan hidup dalam ketunggalan yang utuh]
• There is no hierarchy. There is only One That Is All [Tak ada jenjang bertingkat. Yang ada hanyalah Dia yang maha Esa/Satu, hanya Dia]
• There is no model of existence outside of the model of self-creation [Tak ada model keberadaan selain dari model kreatif dari diri itu sendiri]
• True Freedom is access to First Source [Kebebasan sejati hanya diperoleh lewat hubungan dengan Sang Sumber Awal]
• A being cannot get closer to First Source than in the existence of a moment [Satu makhluk dalam eksitensinya tidak dapat mendekati Sang Sumber Awal kecuali hanya dalam sekejap moment/waktu/peristiwa]
• The sovereign being and First Source are reality [Makhluk yang berkuasa penuh dalam ketunggalan hidup dan adanya Sang Sumber awal kehidupan adalah kenyataan/Kasunyataan]
• Having a physical body does not limit you, anymore
than having legs on an eagle prevents it from
flying [Berada dalam badan fisik kini tidaklah lagi membatasimu, seperti seekor elang yang mempunyai kaki tidaklah untuk mencegah ia mampu untuk terbang]
• All conditions of existence are facets of the one condition of the reality of unlimited self-creation [Semua kondisi dari keberadaan adalah sisi-sisi terbatas/facet dari satu kondisi keberadaan ciptaan yang maha luas tak terbatas.
• There is no pathway to First Source [Tak ada jalan kecil menuju Sumber Awal]
• Unfoldment, evolution, growth/decay cycles and transformation are all bound to the same premise of separation in linear time [Pengembangan, evolusi, siklus pertumbuhan/pembusukan dan perubahan semuanya adalah berhubungan/bergabung dari primise/dasar sama : keterpisahan dalam perjalanan waktu linier]
• The hidden harmony is found with joy, while the obvious brings indifference [Bathin yang harmoni adalah ia yang senantiasa bahagia, sementara hal-hal yang luar/obvious tidaklah lagi menjadi patokan utama/brings indifference]
• The farther you enter into the Truth the deeper your conviction for truth must be [Semakin dalam engkau menyatu dengan Kebenaran semakin yakin/teguh kamu bahwa Kebenaran itu ada/terjadi/nyata]
• There is understanding of the world precisely to the degree that there is understanding of the Self [Pemahaman kita tentang hidup/dunia ini berbanding selaras dengan pemahaman kita terhadap diri kita sendiri/the Self]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar