Hari ini 24 April 2012, saya mau menuliskan kembali apa adanya seperti naskah aslinya salah satu lembar dari "Notes on Life" saya pada November 2000 sbb :
Semua guru-guru kebijaksanaan adalah manusia-manusia paradoks. Mereka lembut sekaligus juga keras. Mereka adalah pengejawantahan sempurna dari keindahaan dan keagungan (kekuatan) hidup itu sendiri....
Mereka manusia-manusia yang "telah sampai" - hidup, bergerak, bertingkah laku, bernafas langsung dari sumbernya, sumber awal kehidupan ini, kecerdasan diatas pikiran, kecerdasan yang mencipta dan memelihara kehidupan ini. Kecerdasan yang tidak memisahkan kehidupan dari kematian, kecerdasan yang mengatasi ruang dan waktu. Kedamaian yang ada dalam diri mereka bukanlah kedamaian akibat kemenangan dari suatu perlawanan, namun perlawanan itu sendiri - konflik-konflik dari paradoksal kehidupan itu sendiri telah padam/lenyap dalam diri mereka. Sesungguhnya memang tidak ada konflik itu kecuali dalam pikiran manusia : Hidup ini berlangsung begitu sempurna - hamonis dan seimbang, namun begitu pikiran manusia masuk dan mencampuri kedalamnya sampai-sampai bahkan ingin menguasai dan mengaturnya, mulailah terjadi "pemisahan dualitas dan konflik dalam kehidupannya serta akibat-akibat penderitan yang ditimbulkannya. Untuk akhirnya dia "belajar" dan berusaha menemukan jalan pulang kembali pada asalnya : Kesempurnaan dan keharmonisan hidup itu sendiri. Bila dia telah sampai maka semua hukum-hukum hidup pikiran manusia tidak berlaku padanya kecuali memang dia mau memperlakukannya, dari posisi itu dia berhak untuk mengatakan : AKULAH HIDUP - AKULAH JALAN - AKULAH KEBENARAN.
apakah anda member FB 'HUman Earth' ?
BalasHapus